Halo para pembaca sekalian! Selamat datang di blog saya ini, tempat saya berbagi tentang pendidikan. Pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi tentang Tips Menyusun Soal-soal HOTS untuk Penilaian. Saya tidak akan membahas muluk-muluk yang teoritis. Saya menyampaikan tentang penerapan-penerapan dalam saya menyusun soal-soal penilaian. Contoh soalnya bisa dilihat di arsip-arsip soal yang telah saya bagikan di blog saya ini.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dalam bahasa umum dikenal sebagai Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan keterampilan yang mengajarkan dan membuat peserta didik dapat berpikir kritis dan menggunakan logikanya. Selain strategi pembelajaran, HOTS juga perlu diterapkan dalam penyusunan soal-soal penilaian.
Sekarang, coba Anda amati dua contoh soal yang saya berikan berikut ini.
Contoh 1
Bentuk persatuan dan kesatuan yang dapat dilakukan sesuai gambar tersebut adalah …
a. Menebang pohon di pinggir jalan.
b. Kerja bakti membersihkan sampah.
c. Membersihkan selokan bersama warga setempat.
d. Menjaga hewan dari perburuan liar.
Contoh 2
Menjaga keutuhan bangsa serta menghindari adanya perpecahan merupakan manfaat persatuan dan kesatuan dalam kehidupan … .
a. keluarga
b. masyarakat
c. bangsa dan negara
d. sekolah
Dari dua contoh soal tersebut, manakah yang merupakan soal HOTS? Manakah yang melatih anak berpikir kritis?
Ya, contoh 1 merupakan soal HOTS. Mengapa demikian? Contoh 1 membuat anak berpikir kritis untuk menemukan bentuk kerja sama yang dapat dilakukan berdasarkan gambar yang disajikan. Anak perlu mengamati gambar tersebut dan mencermati tindakan apa yang dapat dilakukan untuk kondisi seperti gambar tersebut.
Sedangkan contoh 2 tidak demikian. Contoh 2 bahkan bisa dilakukan hanya dengan menebak, tanpa perlu anak-anak berpikir. Kelihatan sekali perbedaannya.
Lalu bagaimana cara menyusun soal HOTS seperti itu? Apa saja syarat-syaratnya? Nah, saya akan menguraikan tips menyusun soal HOTS seperti yang telah saya terapkan dalam membuat soal penilaian.
1. Terdapat stimulus
Stimulus ini adalah bagian dari pancingan atau rangsangan yang membuat anak dapat berpikir dan mengaitkan dengan materi yang telah diterima sebelumnya. Seperti contoh 1 tadi, saya memberikan stimulus berupa gambar. Kemudian dari gambar tersebut, anak dipancing untuk mengaitkan dengan materi persatuan dan kesatuan yang pernah diterima sebelumnya.Stimulus ini dapat berupa:
- Teks cerita
- Gambar/Ilustrasi
- Cerita bergambar
- Cerita rumpang (belum lengkap)
- Puisi
- Pernyataan-pernyataan
Dan sebagainya. Semua dapat disesuaikan dengan materi yang diajarkan.
2. Melatih Daya Pikir
Seperti hakikat dari HOTS sendiri yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi, maka sudah seharusnya soal-soal yang disajikan/disusun membuat anak untuk berpikir. Namun perlu digaris bawahi, soal yang sulit belum tentu HOTS, dan soal HOTS tidak harus sulit.
3. Tidak Bersifat Hafalan
Ini yang biasanya menjadi salah satu cara saya melihat apakah soal saya sudah HOTS atau belum. Biasanya saya mereview ulang dengan bertanya, “Apakah tanpa belajar, anak-anak dapat mengerjakan soal saya ini?” Lho, mengapa demikian? Soal yang bersifat hafalan tentunya membuat anak-anak perlu mengulang materi yang sebelumnya dipelajari. Tak jarang mereka harus membaca dan menghafalkan. Soal yang HOTS lebih menuntut analisa, bukan hafalan.Hal ini pula yang berani saya sampaikan ke anak-anak, “Tanpa belajar pun, kalian akan bisa mengerjakan soal-soal penilaian yang saya berikan. Karena soal saya lebih menuntut pemahaman dan analisa. Syaratnya, kalian harus mengikuti proses pembelajaran saya dengan baik.” Mengapa saya berani mengatakan seperti itu? Tak lain karena soal saya sudah HOTS dan tidak bersifat hafalan.
Langkah-langkah Menyusun Soal HOTS
1. Tentukan Kompetensi Dasar (KD)
Menentukan kompetensi dasar (KD) merupakan hal yang paling pertama ditentukan. Karena KD inilah yang akan kita ukur dalam penilaian kita. KD ini berisi kompetensi yang akan dicapai, baik itu menjelaskan, mengidentifikasi, menghubungkan, menganalisis, membandingkan, dll. Selain itu, di dalam KD terdapat materi yang kita ajarkan. Sebagai contoh, saya mengambil KD IPA yaitu “Menerapkan sifat-sifat bunyi dan keterkaitannya dengan indera pendengaran.”
2. Menentukan Indikator
Sering kali ini yang membuat ribet. Tapi, ternyata tidak juga. Kita bisa menyusun indikator soal dari tujuan pembelajaran yang ada di buku guru tematik Kurikulum 2013. Ini contohnya
Tujuan pembelajarannya adalah “Setelah melakukan percobaan, siswa mampu menjelaskan sifat bunyi memantul dan menyerap dengan benar.” Indikator yang saya olah adalah “siswa mampu menjelaskan sifat bunyi memantul” dengan menghilangkan bagian depan dan belakang.
3. Menentukan Stimulus
Ini adalah bagian yang menentukan. Stimulus inilah yang akan membuat soal kita HOTS atau tidak. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, stimulus ini dapat berupa teks, gambar, dll. Nah, dari indikator tadi, saya akan menggunakan stimulus sebuah cerita. Perlu diingat, stimulus ini harus berkaitan dengan kompetensi yang akan kita nilai.
Maka, indikator soal yang saya susun adalah “Disajikan sebuah cerita tentang gema, siswa mampu menjelaskan sifat bunyi memantul”
4. Menyusun Soal
Kompetensi Dasar:“Menerapkan sifat-sifat bunyi dan keterkaitannya dengan indera pendengaran.”
Indikator Soal:
“Disajikan sebuah cerita tentang gema, siswa mampu menjelaskan sifat bunyi memantul”
Soal:
Suatu ketika, Dion pergi ke rumah pamannya yang berada di pegunungan. Dia diajak berjalan-jalan menyusuri daerah tempat tinggal pamannya yang masih segar dan alami. Dia diajak berkeliling. Tiba di suatu tempat, dia menemukan sebuah gua. Kemudian, dari mulut gua dia berteriak, “Halo!”. Tak berselang lama, terdengar sebuah balasan, “Halo! Halo!”. Dion pun ketakutan. Dia mengira bahwa di dalam gua terdapat hantu. Lalu pamannya pun menjelaskan bagaimana peristiwa itu dapat terjadi.
Jika kamu menjadi pamannya, apa yang akan kamu katakan kepada Dion berkaitan dengan peristiwa tersebut?
Saya percaya, tanpa belajar pun, anak-anak bisa menjawabnya. Dengan syarat, mereka tentunya telah mengikuti proses pembelajaran dan penerapan konsep tentang gema. Bahkan, membuka buku atau mencari di internet pun juga percuma. Karena memang harus mereka olah dan mereka analisa sendiri.
Soal ini mengajak mereka untuk berimajinasi, menggunakan logika, menganalisa, dan mengaitkan dengan materi yang telah mereka pelajari sebelumnya. Apakah anak-anak bisa mengerjakan? Bisa. Saya telah membuktikannya. Bahkan jawaban mereka sungguh bervariasi. Ini adalah salah satu bentuk soal yang suka saya berikan kepada anak-anak saat penilaian.
Point of View
Menurut pengalaman saya, hal yang paling sulit adalah menentukan stimulus soal. Tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Dengan latihan terus menerus, saya percaya para pendidik sekalian akan dapat pula melakukannya. Saya menulis dan berbagi seperti ini bukan untuk menggurui, tapi menginspirasi para pembaca sekalian, khususnya guru-guru agar sedikit demi sedikit mengubah pola pengajaran dan penilaian kepada anak-anak.Seperti yang pernah disampaikan oleh Mas Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, “Dunia tidak membutuhkan orang yang pandai menghafal.” Dunia membutuhkan orang-orang yang bisa berpikir kritis, menganalisis, dan mengaitkannya dengan kehidupan. Maka, mari kita bantu anak-anak agar dapat berpikir kritis, terbiasa menganalisis dan mengaitkannya dengan kehidupannya kelak, sebagai modal hidup yang berharga.